Minggu, Mei 04, 2008

MEMPERBAIKI DIRI


Semua Kebaikan Bernilai Sedekah

Abu Malik Al-Harits Al-Asy'ary ra berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Kesucian adalah sebagian dari iman. Alhamdulillah memberatkan timbangan. Subhanallah walhamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti nyata), sabar adalah pelita, Alquran adalah hujjah (pedoman) bagimu dan atasmu (akan mendorongmu masuk surga jika kamu menerapkan isinya dan mendorongmu masuk neraka jika kamu mengingkari isinya). Semua orang pergi bekerja. Ada yang menjual dirinya; ada pula yang membebaskan dirinya; ada pula yang menghancurkan dirinya" (HR Muslim).

Penjelasan:

Hadis ini mengandung banyak nasihat yang tinggi nilainya. Betapa tidak, nasihat ini keluar dari mulut Rasulullah SAW yang setiap pembicaraannya dibimbing oleh Allah SWT. Tak heran bila kandungannya begitu agung dan berkualitas tinggi.

Ada beberapa poin yang dapat kita ambil dari hadis ini. Pertama, keutamaan bersuci. Kesucian adalah sebagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda, "Islam sama dengan thaharah, dan thaharah itu berbanding lurus dengan keimanan kepada Allah". Selain itu, bersuci adalah syarat sahnya ibadah, bahkan menjadi tolak ukur kecintaan Allah terhadap hamba-Nya, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang menyucikan diri".

Hikmahnya, kita harus berusaha menjaga wudhu, dan selalu bersih, baik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Bersih di sini idealnya mencakup pula bersih batin dari segala dosa. Tentang keutamaan wudhu, Utsman bin Affan RA. mengatakan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa selalu menjaga wudhunya, dan menyempurnakan wudhunya tersebut, maka dosa-dosanya akan keluar dari jasadnya, dan keluar dari bawah kuku-kukunya".

Kedua, keutamaan berdzikir dan hinanya dunia. Ungkapan tahmid, tahlil, dan takbir yang keluar dari hati yang ikhlas, jauh lebih bernilai daripada dunia berserta isinya. Lewat hadis ini Rasulullah SAW menunjukkan pada kita betapa dunia dan isinya tidak ada harganya sama sekali di hadapan Allah SWT. Dikisahkan bahwa Nabi Musa as. pernah memohon kepada Allah, "Ya Allah, tunjukanlah kepadaku amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga!". Allah SWT menjawab, "Wahai Musa, katakanlah: 'Laa ilaha illallahu'. Seandainya tujuh lapis langit dan bumi dilketakkan dalam satu sisi timbangan, dan kalimat laa ilaha illallahu dalam sisi timbangan yang lain, niscaya kalimat itu akan lebih berat timbangannya".

Ketiga, keutamaan shalat. Seseorang yang menjaga shalatnya akan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Shalat akan menerangi seluruh perjalanan hidupnya hingga sampai ke tempat tujuan. Rasulullah SAW bersabda, "Gembirakanlah orang yang berjalan menuju masjid dalam gelap gulitanya malam dengan cahaya nan sempurna kelak di Hari Kiamat".

Keempat, keutamaan sedekah. Dalam hadis ini sedekah dikatakan sebagai burhan (bukti nyata). Maksudnya bukti keimanan atas kebenaran keimanan pemiliknya. Seorang yang beriman selain istikamah dalam shalatnya, juga gemar bersedekah. Berlawanan dengan orang munafik, mereka mungkin rajin shalat, tapi sangat berat bersedekah. Kelima, keutamaan sabar. Sabar di sini adalah sabar dalam berbuat taat kepada Allah, sabar menahan diri dari maksiat, dan sabar tatkala menghadapi musibah atau sesuatu yang tidak mengenakkan.

Keenam, anjuran untuk selalu dekat dengan Alquran. Kedekatan ini dapat ditempuh dengan selalu membaca, memahami, dan berusaha mengamalkannya dalam tataran praktis. Dengan cara seperti ini Alquran akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada Hari Kiamat. Dan terakhir, anjuran untuk menjual diri kepada Allah dengan beramal saleh, dan larangan menghancurkan diri dengan kemaksiatan. (OK..!!!)

Salam Manis Buat my Honey Cyka...I LOVE YOU so Much

Memupuk Sikap Tangguh

Kita akan salut kepada seorang ibu yang mati-matian mengurus anaknya di tengah kesulitan ekonomi yang menghimpit. Kita akan salut kepada pasukan yang berani mati di medan perang, walau musuh yang dihadapi jumlahnya jauh lebih banyak. Kita akan salut kepada seorang pemimpin yang jujur, sederhana dan berjuang siang malam demi kebaikan orang-orang yang dipimpinnya. Intinya, kita akan salut kepada mereka yang memiliki ketangguhan dalam hidup.

Pertanyaannya, apakah kita termasuk manusia tangguh atau rapuh? Di balik manusia tangguh, biasanya ada banyak manusia rapuh. Dihadapkan pada masalah sepele saja mereka goyah. Lihatlah, ada yang hanya putus cinta, ia bunuh diri. Atau hanya karena tidak disapa tetangga, ia panas dingin dan sakit hati. Maka, mulai sekarang kita harus memiliki keberanian untuk mengevaluasi diri. Apakah kita itu bermental tangguh atau sebaliknya? Kalau sudah mengenal diri, kita harus memiliki program untuk membangun ketangguhan diri.

Saya pernah melihat kontes ketahanan fisik di televisi, yaitu untuk memilih manusia “terkuat” di dunia dari segi fisik. Mereka harus berlari puluhan kilometer, berenang, mengayuh sepeda, mengarungi kubangan lumpur, dan lainnya. Dalam lomba tersebut, terlihat ada orang yang semangatnya kuat, tapi fisiknya lemah. Ada yang semangatnya lemah, tapi fisiknya kuat. Ada yang fisik dan semangatnya lemah. Tapi ada pula yang semangat dan fisiknya sama-sama kuat. Mereka inilah yang akhirnya keluar sebagai pemenang. Ternyata, ketangguhan akan terlihat saat seseorang mengarungi medan ujian. Semakin berat medan ujian, semakin terlihat pula ketangguhannya.

Hidup hakikatnya adalah medan kesulitan sekaligus medan ujian. Separuh hidup kita adalah medan ujian yang berat. Yang akan keluar sebagai pemenang hanyalah mereka yang tangguh, yang mampu melewati setiap kesulitan dengan baik. Dalam Al-Quran, Allah berjanji akan membahagiakan orang-orang sabar dan tangguh mengarungi hidup. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya kami akan kembali (QS Al Baqarah [2]: 155-156).

Ciri manusia tangguh

Ketangguhan hakiki tidak dilihat dari fisiknya (walau ini penting), tapi dilihat dari keimanannya. Manusia paling tangguh adalah manusia yang paling takwa dan kuat imannya. Boleh jadi tubuh kita lemah, rapuh, bahkan lumpuh, tapi kalau ia memiliki ketangguhan iman, maka kelemahan fisik akan tertutupi.

Orang yang kuat iman, salah satu cirinya adalah tangguh menghadapi cobaan hidup. Kesulitan apapun yang menderanya, tidak sedikit pun ia berpaling dari Allah, malah semakin dekat. Ada lima prinsip yang senantiasa dipegangnya. Pertama, sadar bahwa kesulitan adalah episode yang harus dijalani. Sehingga ia akan menghadapinya sepenuh hati; tidak ada kamus mundur atau menghindar. Kedua, yakin bahwa setiap kesulitan sudah tepat ukurannya bagi setiap orang. Ketiga, yakin bahwa ada banyak hikmah di balik kesulitan. Keempat, yakin bahwa setiap ujian pasti ada ujungnya. Kelima, yakin bahwa setiap kesulitan yang disikapi dengan cara terbaik akan mengangkat derajatnya di hadapan Allah. Ada sesuatu yang besar di balik kesulitan yang menghadang. Semakin berat ujian, semakin luar biasa pula ganjaran yang akan diterima.

Sesulit apapun keadaan kita, pilihan terbaik hanya satu: “Kita harus menjadi manusia tangguh”. Jangan putus asa atau menyerah. Bergeraklah terus karena segala sesuatu ada ujungnya. Kesulitan tidak mungkin akan terus mendera kita. Bukankah di balik setiap kesulitan ada dua kemudahan?